Cast : Yosie Kristanto, Maudy Ayunda, Giorgino Abraham, Jordi Onsu, Joshua Suherman, Agus Kuncoro, Sujiwo Tedjo, Yati Surachman, Irfan Bachdim, Kim Kurniawan.
Directed : Hanung Bramantyo
Realese Date : August 25, 2011
RATE (1-5) : 4,5 Bintang
Jujur saja, sebelum menonton film ini ekspektasi saya tidaklah besar. Saya percaya, Hanung Bramantyo adalah sutradara yang bagus dan film-filmnya tidak mengecewakan. Kala itu iya mengangkat Brownies sebagai bahan dasar film pertamanya. Hasilnya, ia menyapu bersih seluruh nominasi yang diperlombakan pada FFI 2005, bahkan membawa pulang Piala Citra untuk kategori Sutradara Terbaik. Kemudian berhasil meraih angka 1 juta lebih penonton pada komedi besutannya, Get Married. Setelahnya, ia semakin berjaya lewat Ayat-Ayat Cinta yang kemudian melanjutkan ‘dakwah’nya di film Perempuan Berkalung Sorban, Sang Pencerah, dan ? (Tanda Tanya). ‘Multilevel Marketing’-pun ia angkat dalam film Menebus Impian.
Jauh sebelum film ini rilis, muncul The Conductor (2008) yang disutradarai Andi Yusuf Bactiar yang bertutur tentang dirigen atau konduktor sepakbola Arema Malang. Pada tahun yang sama, Gara-Gara Bola juga hadir dengan mengangkat tema Sepakbola pada musim Piala Dunia. Setahun kemudian film bertema sejenis kembali dirilis. Drama Romeo Juliet bercerita tentang persaingan yang terjadi antar supporter Persib dan Persija. Dan yang paling gemilang adalah Garuda Didadaku dengan tokoh Bayu, anak kelas 6 sekolah dasar yang bertekad mengikuti seleksi Tim-Nas U-13 yang mewakili Indonesia di ajang Internasional.Suksesnya kemudian diikuti dengan sekuelnya yang juga akan tayang akhir tahun ini, Garuda Didadaku 2. Pertanyaan terbesar saya sebelum menonton film ini, berhasilkah Hanung Bramantyo mengaplikasikan olahraga Sepakbola sebagai ‘mainan’ baru dalam filmnya?
Wahyu (16 tahun) memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain sepakbola. Ia tinggal di Desa Langitan di lereng gunung Bromo bersama ayahnya seorang penjual minuman hangat di kawasan wisata gunung api itu, dan ibunya. Demi membahagiakan orang tuanya, Wahyu memanfaatkan keahliannya dalam bermain bola dengan menjadi pemain sewaan dan bermain bola dari satu tim desa ke tim desa lain dengan bantuan Hasan, pamannya. Sayangnya Pak Darto, ayah Wahyu sangat tidak menyukai apa yang dilakukan anaknya. Suatu hari saat Wahyu bermain bola dengan rekan-rekannya, keahlian istimewanya tak sengaja dilihat oleh Coach Timo yang tengah hiking bersama Matias di lereng Bromo. Coach Timo kemudian menawari Wahyu untuk datang ke Malang dan menjalani tes bersama Persema Malang. Sayangnya, berbagai ujian dalam meraih kesempatan emas bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan di Persema mendapat banyak halangan. Selain harus memilih antara cintanya kepada Indah dan impiannya untuk bermain bola di jenjang yang lebih tinggi, Wahyu juga harus mampu meyakinkan Pak Darto. Belum lagi ternyata Hasan memiliki kepentingannya sendiri terhadap Wahyu. Selain berbagai rintangan yang harus ia hadapi, layaknya seorang pemain bola sebelum mencetak gol, Wahyu juga harus menghadapi tantangan terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak-anak usia enam belas tahun seperti Wahyu (synopsis from : http://www.21cineplex.com/tendangan-dari-langit-tend,movie,2585.htm )
Menonton filmnya dari awal sampai akhir membuat. Keberhasilan sang istri, Saskya Adya Mecca sebagai casting director sungguh berperan sangat besar dalam film ini. Akting seluruh pemain terasa imbang tanpa cacat. Dimulai dari Wahyu, orang tua nya, teman-teman hingga pemeran pendukung lainnya pun seluruhnya memukau. Tidak berlebihan namun pas. Tentu menjadi hal yang sangat berpengaruh pada hasil keseluruhan filmnya. Chemistry antara pemain satu dengan pemain yang lain, semuanya berhasil sehingga filmnya bertutur sangat rapi dan tidak neko-neko.Intrik yang ditawarkan sebenarnya sederhana namun tidak membuat filmnya terasa garing ataupun membosankan. Emosi penonton berhasil dimainkan dan membuat kita terbawa akan arus filmnya. Disaat bagian yang melucu kita benar-benar bisa tertawa, begitupun dengan adegan-adegan yang lain. Disini terlihat jelas keberhasilan Hanung Bramantyo dalam meramu film terbarunya.
Keberhasilan lain turut didukung Tya Subiakto dalam music director, dan Band Kotak sebagai Ost. Tendangan Dari Langit. Sebuah kolaborasi yang semuanya memukau. Rasanya bukan suatu hal yang sulit untuk meraup banyak penonton karena sepakbola adalah salahsatu olahraga yang banyak digandrungi masyarakat Indonesia, bahkan yang kurang senang dengan sepakbolapun rasanya sah-sah saja jika turut menyaksikan salah satu film terbaik ditahun 2011 ini. Ringan namun fresh.
Hanung kembali menyumbang satu film berkualitas yang akan menjadi koleksi film Indonesia yang patut diperkenalkan. Seluruh poin utama berhasil dirangkum dalam film ini. Dimana poin terpenting dari film ini adalah, Hanung dengan sangat akurat berhasil menggambarkan hiruk-pikuk sepakbola seperti apa. Semuanya terlihat seperti nyata. Two tumbs up (y)