Minggu, 26 Februari 2012

Review : My Last Love (2012)


MD Pictures
Cast : Donita, Evan Sanders, Ajun Perwira, Jordi Onsu, Putri Una Astari, Rozzy Mahalli, Caroline Elodie, Ayu Diah Pasha.
Director : Nayato Fio Nuala
Release Date : January 19, 2012

Rate Description :
O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good -/ 5 : Recomended!!

Jika menyaksikan film-film Nayato saya ibaratkan sebagai sebuah petualangan, maka hal tersebut tersebut tidak memerlukan peta penunjuk jalan maupun kompas untuk segera mencapai tujuan sekaligus mungkin menjadi petualangan paling membosankan yang pernah saya alami.

Angel (Donita) dan Hendra (Ajun Perwira) telah dua tahuan merajut kasih. Namun musibah menimpa Angel. Mobil mewah yang dikendarai Martin (Evan Sanders) melaju kencang hingga menabrak Angel. Martin yang pada saat itu panik malah memilih umtuk melarikan diri. Angel berhasil selamat, tapi kedua kakinya cacat dan divonis tidak dapat berjalan seumur hidup. Angel semakin terpuruk mengetahui Hendra tiba-tiba menghilang semenjak insiden kecelakaan yang di alaminya. Nadia (Putri Una Astari) sahabat Angel dan saudara sepupu Angel, Anton (Jordi Onsu) membawa Angel ke villa Nadya dalam rangka menenangkan hati Angel. Disana, tak sengaja ia bertemu  Martin. Martin yang juga meninggalkan rumahnya akibat dihantui rasa bersalah mengenali Angel yang ia tabrak. Melihat keadaan Angel, Martin pun bertekad menebus semua kesalahannya dengan membuat Angel kembali pulih dari kelumpuhannya, apapun caranya. Angel dan Martin pun semakin dekat. Benih-benih cinta diantara mereka bersemi. Angel yang tidak mengetahui bahwa Martin-lah yang telah menabraknya, merasa sangat senang dengan segala perhatian Martin.  Angel kemudian dapat melupakan Hendra. Namun, secara tiba-tiba Angel kembali terpuruk dengan mengetahui bahwa Martin juga terkena penyakit, kanker otak. Dalam masa melawan penyakitnya, lewat sebuah surat, Martin memberanikan diri untuk berterus terang kepada Angel bahwa ialah orang yang telah mengakibatkan kedua kakinya lumpuh.


Donita yang kiprahnya telah diuji dalam beberapa film sebelumnya, Pupus dan Kehormatan Di Balik Kerudung tampil cukup ciamik dalam film ini. Ia dengan begitu mudahnya menitikkan airmata. Akting yang disuguhkan Donita mampu menutup penampilan Evan Sanders yang tergolong biasa-biasa saja. Lupakan karakter Jordi Onsu yang menurut saya tidak penting, lokasi pub dan rumahnya yang anglenya diambil secara persis pada film Akibat Pergaulan Bebas serta lokasi syuting dikampus yang dapat ditemui di film-film horor komedi dan drama Nayato lainnya.  Hal seperti ini tidak mengherankan dimana nayato sering melakukan hal demikian. Nampaknya beliau telah membooking lokasi-lokasi syuting tersebut untuk belasan bahkan ratusan film-filmnya kedepan. Hal ini yang menjadi point membosankan yang telah saya sebutkan diawal.
Secara keseluruhan film Nayato kali ini belum lepas dari ciri khas film drama-drama yang telah ia lahirkan.

Tata suara yang berantakan, begitupun tata musik yang menghiasi My Last Love sejak filmnya diputar sampai berakhir nyaris tanpa henti. Bedanya adalah film ini diangkat dari novel best seller karya Agnes Davonar, penulis yang novel-novelnya sedang ramai diangkat kelayar lebar setelah kesuksesan bersar meraih predikat film berpendapatan terbesar tahun 2011, Surat Kecil Untuk Tuhan. Entah karena telah menjadi sebuah tren mengadaptasi novel karya Agnes, dimana sebelumnya juga dilakukan oleh Findo Purwono dalam Ayah Mengapa Aku Bebeda?, yang jelas saya tidak mengetahui pasti alasan diangkatnya novel My Last Love menjadi sebuah film yang jujur menurut saya tidak memiliki keistimewaan sama sekali. Mungkin saja karena sedang menjadi tren. Atau mungkin hal tersebut menjamin kans yang lebih besar dalam perihal finansial? Mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar