Selasa, 28 Februari 2012

Review : Safe House (2012)

Cast : Denzel Washington, Ryan Reynolds, Sebastian Roche, Robert Patrick, Vera Farmiga, Sam Shepard.
Director : Daniel Espinosa
Genre : Action / Crime.
Running Time : 115 minutes.

Rate Description  :
O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Outstanding!

Bermain di film bertema action-crime memang sering dilakukan Denzel Washington, aktor dengan dua piala oscar. Aksi-aksinya dalam sejumlah film action-crime yang ia bintang tidak dapat dipungkiri kehebatannya. Sempat absen ditahun 2011, tahun ini namanya kembali hadir dalam jajaran pemain film action-crime debut Daniel Espinosa bersama ator muda berbakat, Ryan Reynolds.

Seorang agen muda dari CIA, Matt Weston (Ryan Reynolds) ditugaskan di wilayah Cape Town, Afrika Selatan. Empat tahu bekerja, Weston merasa frustasi karena hidupnya terus-terusan berkutat pada sebuah kantor wilayah tanpa mendapatkan satu misipun. Suatu hari agen CIA yang berkhianat menjadi buronan CIA, Tobin Frost (Denzel Washington) berhasil ditangkap dan diamankan didalam sebuah safe house tempat Weston bekerja. Lokasi tersebut kemudian menjadi medan perang menginginkan kematian sang buronan. Weston berhasil selamat dan diharuskan untuk tetap menjaga Frost meskipun ia tidak mengetahui apa sebab diinginkannya Frost dan juga nasib dirinya sendiri.


Berbicara soal kredibilitas akting Denzel, ternyata pesonanya masih begitu kuat di film ini. Seperti halnya pada fim The Talking of Pelham 123 (2009) dan film aksi kriminal lainnya, Safe House seakan memantapkan posisi aktor berumur 57 tahun ini sebagai bintang dalam film-film aksi yang menengangkan. Ryan Reynolds, aktor yang berbeda generasi dengannya juga mengaplikasikan karakter Matt Weston yang frustasi dengan pekerjaannya.

Dilihat dari segala aspek, Safe House memang memiliki potensi yang besar mengingat dari segi cast film ini memasang dua aktor yang tidak sembarang. Kabar baiknya, sang sutradara mampu menjadikan potensi tersebut menjadi modal untuk membuat film aksi kriminal yang tetap menarik untuk diikuti. Sepanjang film plotnya mampu terjaga meskipun beberapa premis terkesan sudah terlalu basi untuk ditawarkan. Untungnya, Safe House benar-benar tampil unggul dalam perihal tekhnis guna menciptakan aroma action yang kuat di film ini. Adegan baku tembak dengan tata suara yang mumpuni, berhasil menghadirkan ketegangan bagi setiap penontonnya.

Film yang mengetengahkan kisah tentang sang buronan CIA dengan kefrustasian seorang penjaga kantor wilayah mampu memukau penonton meskipun kalau dirunut secara keseluruhan film ini dijamin tidak akan menampilkan sesuatu yang baru yang lebih dari sekedar aksi kriminal dengan adegan tembak dan kejar-kejarannya yang menggugah.

Senin, 27 Februari 2012

Best Dress of Academy Awards 2012 (Cinemaylo Version)










.

The Winners of Academy Awards 2012



Best Picture
  • THE ARTIST - Thomas Langmann
  • THE DESCENDANTS - Jim Burke, Alexander Payne, Jim Taylor
  • EXTREMELY LOUD & INCREDIBLY CLOSE - Scott Rudin
  • THE HELP - Brunson Green, Chris Columbus, Michael Barnathan
  • HUGO - Graham King, Martin Scorsese
  • MIDNIGHT IN PARIS - Letty Aronson, Stephen Tenenbaum
  • MONEYBALL - Michael De Luca, Rachael Horovitz, Brad Pitt
  • THE TREE OF LIFE -
  • WAR HORSE - Steven Spielberg, Kathleen Kennedy
Actor in a Leading Role
  • Demian Bichir - A BETTER LIFE
  • George Clooney - THE DESCENDANTS
  • Jean Dujardin - THE ARTIST
  • Gary Oldman - TINKER TAILOR SOLDIER SPY
  • Brad Pitt - MONEYBALL
Actor in a Supporting Role
  • Kenneth Branagh - MY WEEK WITH MARILYN"
  • Jonah Hill - MONEYBALL
  • Nick Nolte - WARRIOR
  • Christopher Plummer - BEGINNERS
  • Max von Sydow - EXTREMELY LOUD & INCREDIBLY CLOSE
Actress in a Leading Role
  • Glenn Close - ALBERT NOBBS
  • Viola Davis - THE HELP
  • Rooney Mara - THE GIRL WITH THE DRAGON TATTOO
  • Meryl Streep - THE IRON LADY
  • Michelle Williams - MY WEEK WITH MARILYN
Actress in a Supporting Role
  • Berenice Bejo - THE ARTIST
  • Jessica Chastain - THE HELP
  • Melissa McCarthy - BRIDESMAIDS
  • Janet McTeer - ALBERT NOBBS
  • Octavia Spencer - THE HELP
Animated Feature Film
  • A CAT IN PARIS - Alain Gagnol, Jean-Loup Felicioli
  • CHICO & RITA - Fernando Trueba, Javier Mariscal
  • KUNG FU PANDA 2 - Jennifer Yuh Nelson
  • PUSS IN BOOTS - Chris Miller
  • RANGO - Gore Verbinski
Art Direction
  • THE ARTIST - Laurence Bennett, Robert Gould
  • HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS PART 2 - Stuart Craig, Stephenie McMillan
  • HUGO - Dante Ferretti, Francesca Lo Schiavo
  • MIDNIGHT IN PARIS - Anne Seibel, Helene Dubreuil
  • WAR HORSE - Rick Carter, Lee Sandales
Cinematography
  • THE ARTIST - Guillaume Schiffman
  • THE GIRL WITH THE DRAGON TATTOO - Jeff Cronenweth
  • HUGO - Robert Richardson
  • THE TREE OF LIFE - Emmanuel Lubezki
  • WAR HORSE - Janusz Kaminski
Costume Design
  • ANONYMOUS - Lisy Christl
  • THE ARTIST - Mark Bridges
  • HUGO - Sandy Powell
  • JANE EYRE - Michael O'Connor
  • W.E. - Arianne Phillips
Directing
  • THE ARTIST - Michel Hazanavicius
  • THE DESCENDANTS - Alexander Payne
  • HUGO - Martin Scorsese
  • MIDNIGHT IN PARIS - Woody Allen
  • THE TREE OF LIFE - Terrence Malick
Documentary (Feature)
  • HELL AND BACK AGAIN - Danfung Dennis, Mike Lerner
  • IF A TREE FALLS: A STORY OF THE EARTH LIBERATION FRONT - Marshall Curry, Sam Cullman
  • PARADISE LOST 3: PURGATORY - Charles Ferguson, Audrey Marrs
  • PINA - Wim Wenders, Gian-Piero Ringel
  • UNDEFEATED - TJ Martin, Dan Lindsay, Richard Middlemas
Documentary (Short Subject)
  • THE BARBER OF BIRMINGHAM: FOOT SOLDIER OF THE CIVIL RIGHTS MOVEMENT - Robin Fryday, Gail Dolgin
  • GOD IS THE BIGGER ELVIS - Rebecca Cammisa, Julie Anderson
  • INCIDENT IN NEW BAGHDAD - James Spione
  • SAVING FACE - Daniel Junge, Sharmeen Obaid-Chinoy
  • THE TSUNAMI AND THE CHERRY BLOSSOM - Lucy Walker, Kira Carstensen
Film Editing
  • THE ARTIST - Anne-Sophie Bion, Michel Hazanavicius
  • THE DESCENDANTS - Kevin Tent
  • THE GIRL WITH THE DRAGON TATTOO - Kirk Baxter, Angus Wall
  • HUGO - Thelma Schoonmaker
  • MONEYBALL - Christopher Tellefsen
Foreign Language Film
  • BULLHEAD - Belgium
  • FOOTNOTE - Israel
  • IN DARKNESS - Poland
  • MONSIEUR LAZHAR - Canada
  • A SEPARATION - Iran
Makeup
  • ALBERT NOBBS - Martial Corneville, Lynn Johnston, Matthew W. Mungle
  • HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS PART 2 - Edouard F. Henriques, Gregory Funk, Yolanda Toussieng
  • THE IRON LADY - Mark Coulier, J. Roy Helland
Music (Original Score)
  • THE ADVENTURES OF TINTIN - John Williams
  • THE ARTIST - Ludovic Bource
  • HUGO - Howard Shore
  • TINKER TAILOR SOLDIER SPY - Alberto Iglesias
  • WAR HORSE - John Williams
Music (Original Song)
  • Man or Muppet (THE MUPPETS) - Bret McKenzie
  • Real in Rio (RIO) - Sergio Mendes, Carlinhos Brown, Siedah Garrett
Short Film (Animated)
  • DIMANCHE/SUNDAY - Patrick Doyon
  • THE FANTASTIC FLYING BOOKS OF MR. MORRIS LESSMORE - William Joyce, Brandon Oldenburg
  • LA LUNA - Enrico Casarosa
  • A MORNING STROLL - Grant Orchard, Sue Goffe
  • WILD LIFE - Amanda Forbis, Wendy Tilby
Short Film (Live Action)
  • PENTECOST - Peter McDonald, Eimear O'Kane
  • RAJU - Max Zähle, Stefan Gieren
  • THE SHORE - Terry George, Oorlagh George
  • TIME FREAK - Andrew Bowler, Gigi Causey
  • TUBA ATLANTIC - Hallvar Witzo
Sound Editing
  • DRIVE - Lon Bender, Victor Ray Ennis
  • THE GIRL WITH THE DRAGON TATTOO - Ren Klyce
  • HUGO - Philip Stockton, Eugene Gearty
  • TRANSFORMERS: DARK OF THE MOON - Ethan Van der Ryn, Erik Aadahl
  • WAR HORSE - Richard Hymns, Gary Rydstrom
Sound Mixing
  • THE GIRL WITH THE DRAGON TATTOO - David Parker, Michael Semanick, Ren Klyce, Bo Persson
  • HUGO - Tom Fleischman, John Midgley
  • MONEYBALL - Deb Adair, Ron Bochar, Dave Giammarco, Ed Novick
  • TRANSFORMERS: DARK OF THE MOON - Greg P. Russell, Gary Summers, Jeffrey J. Haboush, Peter J. Devlin
  • WAR HORSE - Gary Rydstrom, Andy Nelson, Tom Johnson, Stuart Wilson
Visual Effects
  • HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS PART 2 - Tim Burke, David Vickery, Greg Butler, John Richardson
  • HUGO - Rob Legato, Joss Williams, Ben Grossman, Alex Henning
  • REAL STEEL - Erik Nash, John Rosengrant, Dan Taylor, Swen Gillberg
  • RISE OF THE PLANET OF THE APES - Joe Letteri, Dan Lemmon, R. Christopher White, Daniel Barrett
  • TRANSFORMERS: DARK OF THE MOON - Scott Farrar, Scott Benza, Matthew Butler, John Frazier
Writing (Adapted Screenplay)
  • THE DESCENDANTS - Alexander Payne, Nat Faxon, Jim Rash
  • HUGO - John Logan
  • THE IDES OF MARCH - George Clooney, Grant Heslov, Beau Willimon
  • MONEYBALL - Steven Zaillian, Aaron Sorkin, Stan Chervin
  • TINKER TAILOR SOLDIER SPY - Bridget O'Connor, Peter Straughan
Writing (Original Screenplay)
  • THE ARTIST - Michel Hazanavicius
  • BRIDESMAIDS - Annie Mumolo, Kristen Wiig
  • MARGIN CALL - J.C. Chandor
  • MIDNIGHT IN PARIS - Woody Allen
  • A SEPARATION - Asghar Farhadi

Minggu, 26 Februari 2012

Review : Durable Love (2012)

Cast : Karina Salim & Sadha Triyudha.
Director & Writer : Joko Anwar.
Genre : Drama / Comedy / Romance.
Running Time : 11 minutes.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Menonton film dengan durasi yang panjang adalah hal yang lumrah kita lakukan. Umumnya film yang kita tonton dibioskop maupun film televisi berdurasi 60-120 menit bahkan biasanya melebihi itu. Namun tidak jarang dengan durasi sepanjang itu, penonton kadang mengalami ketidakpuasan. Ketidakpuasan itu muncul karena berbagai hal. Misal, pemainnya buruk, ceritanya basi, endingnya biasa, sampai kegagalan filmnya secara utuh dalam menyampaikan pesan yang dimaksudkan.

Bagaimana dengan film pendek? Tidak sedikit yang berpendapat bahwa selain berdurasi singkat, film pendek terkadang lebih mampu menyampaikan pesan di film tersebut dengan tegas.


Durable Love, film pendek yang baru saja saya saksikan. Film pendek yang karya sutradara Joko Anwar yang tahun ini kembali hadir dalam ‘Modus Anomali’. Durable Love ia persembahkan untuk valentine tahun ini. Meskipun hanya berdurasi 11 menit lebih, Durable Love dengan lugasnya menampilkan sebuah film yang menarik, menghibur, dan realistis. Lewat cast yang jumlahnya dua orang, Durable Love mampu mengundang  simpati dan juga tawa yang begitu tulus. Anda akan digiring untuk menyetujui segala hal yang dijabarkan dalam film ini. Dan saya pun setuju.

Karina Salim yang memegang posisi nomor satu di film ini benar-benar menghidupkan karakter yang mengurai pandangan tentang kehidupan dan percintaan. Sementara Sardha Triyudha yang sebelumnya bermain di film panjang Keramat dan Modus Anomali tahun ini, mampu melengkapi dan menginterpretasikan karakter pria yang serius dengan terus-terusan berkutat pada laptopnya.

Dialog-dialog yang cerdas namun kekinian mengantar semua point tersampaikan dengan amat baik. Sebuah film pendek yang nyata dan sederhana. Kesederhanaan yang membuat Durable Love terasa begitu mengesankan. Geek itu Sexy! SELAMAT MENONTON!

Review : Seandainya (2012)

Cast : Dinda Hauw, Chris Laurent, Rendy Kjaernett, Cut Meyriska.
Director : Nayato Fio Nuala
Genre : Drama / Romance.
Running Time : 100 minutes.
Release Date : 23 February, 2012.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Sebenarnya, film yang berkisah tentang tokohnya yang berpenyakit bukan baru-baru ini diangkat ke layar lebar. Namun kesuksesan ‘Surat Kecil Untuk Tuhan’ yang tahun lalu juga menjadi film terlaris membuat beberapa sineas kita menjadi latah untuk juga merilis film dengan pola demikian. Sebut saja, ‘Ayah, Mengapa Aku Berbeda’, ‘My Last Love’, ‘Malaikat Tanpa Sayap’ yang baru kemarin dirilis, dan kini kembali hadir ‘Seandainya’ film ketiga Nayato dalam kurun waktu 2 bulan.

Cinta (Dinda Hauw) hidup bersama ayahnya yang bisu. Pada suatu kesempatan, Cinta terkunci dalam perpustakaan bersama Arkana (Chris Laurent) menjadikan mereka mulai dekat dan akhirnya berpacaran. Arkana mempunyai kisah hidup sendiri. Orang tuanya tidak lagi bersama dan ia mempunyai cita-cita menajdi seorang musisi. Bersama Cinta, Arkana banyak mengalami cerita. Hubungan Cinta dan Arkana tidak mendapat restu dari Ayah Cinta. Cinta lalu memilih menghindari Arkana. Arkana membuntuti Cinta sampai ia mengalami kecelakaan ringan. Pada akhirnya Arkana mengetahui bahwa Cinta menderita Leukimia. Arkana kemudian membuktikan rasa cintanya kepada Cinta dengan mendonorkan sum-sum tulang belakangnya untuk kekasih yang ia cintai.


Tidak ada yang beda dengan gaya bertutur Nayato dengan film-film yang ia rilis sebelumnya. Entah mengapa ia seringkali mengeksploitasi hujan untuk mendramatisir beberapa adegan. Musiknya sepanjang film yang minim henti merupakan ciri khasnya. Lokasi pengambilan gambar yang berada di tempat-tempat yang sama dengan film-film terdahulunya semakin membuat saya bosan menyaksikannya. Apakah Nayato telah membooking lokasi-lokasi tersebut untuk puluhan bahkan ratusan filmnya kedepan? Mengingat ia adalah sutradara yang sangat produktif.

Sampai saat ini 4 film telah Dinda Hauw bintangi. ‘Seandainya’ masih setia memberinya peran yang tidak jauh berbededa dari debut suksesnya dalam ‘Surat Kecil Untuk Tuhan’. Mendapatkan peran tersebut seperti sudah menjadi stereotipnya, membuat Dinda Hauw tidak mengalami kesulitan dalam memerankan karakter Cinta. Namun hal tersebut menitipkan tugas berat yaitu meyakinkan banyak orang bahwa ia bukanlah aktris spesialis untuk film berkarakter sejenis jika suatu saat mendapatkan peran yang berbeda.

‘Seandainya’ adalah sebuah film dimana semua kejadian didalamnya terjadi dengan begitu instan dan mengalami ketidaklogisan dimana-mana. Kolaborasi antara skenario yang dangkal dan proses penggalian karakter yang gagal membuat Nayato kembali mengulang kegagalan yang terjadi pada film ‘My Last Love’ di bulan lalu. Tidak ada alasan lain untuk terus bertahan menyaksikan film ini selain Dinda Hauw yang ternyata masih mampu memesona meski telah bermain di 2 film yang perannya tidak memiliki perbedaan yang berarti.

Review : Dilema (2012)

Cast : Reza Rahadian, Pevita Pearce, Roy Marten, Ario Bayu, Slamet Rahardjo, Wulan Guritno, Tio Pakusadewo, Baim Wong, Winky Wiryawan, Lukman Sardhi, Abimana Aryasatya, Jajang C. Noer, Ray Sahetapy.
Directors :Robert Ronny, Robby Ertanto Soediskam, Adilla Dimitri, Yudi Datau, Rinaldy Puspoyo.
Genre : Drama / Thriller.
Running Time : 90 minutes.
Release Date : February 23, 2012.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Sebelumnya telah lahir ‘Kuldesak’ di tahun 1998, ‘Perempuan Punya Cerita’ yang merupakan 4 kumpulan film dengan menggunakan perspektif perempuan, ‘Takut : Faces of fear’ antologi horor yang terdiri dari 7 sutradara dan 6 cerita, dan jua ‘Jakarta Maghrib’ yang merangkup maghrib sebagai waktu spesial yang telah lama menebar anggapan ke tengah masyarakat. Formula menggabungkan beberapa cerita menjadi satu film kali ini ditempuh film yang diproduseri oleh aktris kawakan Wulan Guritno. Sempat menjadi peserta FFI 2011 yang pada akhirnya resign dengan beberapa alasan salah satunya masih dalam proses penyelesaian, ‘Dilema’ akhirnya dirilis di akhir bulan februari 2012.

Dilema terbagi dalam 5 judul cerita diantaranya ‘The Big Boss’ yang disutradarai Rinaldy Puspoyo, ‘The Officer’ oleh Adilla Dimitri, ‘Rendezvouz’ oleh Yudi Datau, serta ‘The Gambler’ dan ‘Garis Keras’ yang masing-masing dibesut oleh Robert Ronny dan Robby Ertanto.


Bukan perkara mudah untuk melakukan formula seperti yang telah saya sebutkan diatas. Kerjasama antar beberapa sutradara filmnya yang solid membuat seluruh elemen cerita yang diangkat menjadi satu kesatuan yang saling mengikat dan hadirlah sebuah tontonan menarik. Hal tersebut juga tak luput dari peran Tya Subiakto sebagai music director yang turut memberi nafas untuk film ini meskipun dari gambar-gambar yang disuguhkan, ‘Dilema’ kurang melakukan permainan dalam warna.

Penampilan yang memuaskan dari para cast turut menambah point demi point untuk film ini. Bahkan sang produser, Wulan Guritno rela memangkas rambutnya untuk memerankan tokoh Rima bersama Pevita Pearce yang dalam film ini tampil lebih berani dari film-film terdahulunya. Nama-nama seperti Roy Marten, Jajang C Noer, Reza Rahadian, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo dan Lukman Sardhi rasanya sudah tidak perlu lagi dipertanyakan kredibilitas beraktingnya. Merekalah yang membuat film ini hidup dan berkesan.

Pada akhirnya, kualitas tetap berbicara. Dilema adalah film omnibus bercerita tentang kota Jakarta dengan segala karakter, takdir, kebaikan, kejahatan, cinta dan ambisi yang digambarkan begitu lugas dan mampu tampil brilian sehingga tidak  berlebihan jika saya mengatakan bahwa Dilema adalah salah satu film Indonesia yang sampai saat ini memimpin untuk tahun 2012.

Review : The Vow (2012)

Cast : Channing Tatum, Rachel McAdams, Sam Neill, Scott Speedman, Jessica Lange, Jessica McNamee.
Director : Michael Sucsy
Genre : Drama / Romance.
Running Time : 104 minutes.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Based on true event memang hal yang sering diangkat ke layar lebar. Tidak sedikit film yang dibuat berdasarkan kisah nyata mendapatkan respon negatif bagi penonton dan kritikus film karena tidak mampu memenuhi ekspektasi pada orang yang mengetahui bagaimana kisah nyata yang dijadikan film tersebut. Hal tersebut rasanya tidak menyurutkan banyak pihak untuk terus memproduksi film berdasarkan kisah nyata, karena tidak sedikit juga yang mampu menuai respon positif dari berbagai kalangan misalnya, semisal ‘Saving Private Ryan’ dan ‘God Father’.

Leo (Channing Tatum) dan Paige (Rachel McAdams) sebelumnya memiliki pernikahan yang indah dan bahagia. Kebahagiaan itu tiba-tiba hilang semenjak kecelakaan yang membuat Paige mengalami lupa ingatan. Paige lupa dengan suaminya, Leo dan kenangan mereka bersama-sama hingga membuat keadaan serba sulit untuk Leo. Leo berusaha mengembalikan ingatan istrinya yang anehnya malah mendekati mantan kekasihnya Jeremy (Scott Speedman). Leo juga berupaya keras untuk membawa istrinya pulang dari ancaman orang tua Paige yang merencanakan mengatur hidup Paige dan tinggal bersamanya.


Dari segi cast, Channing Tatum cukup mumpuni untuk memerankan Leo, pria yang berupaya keras membuat istrinya kembali jatuh cinta padanya. Sayangnya, tidak ada yang peningkatan yang signifikan dari penampilan yang ia berikan pada film sejenis yang sebelumnya memasangkan dirinya bersama Amanda Seyfried, ‘Dear John’. Trik sutradara yang bolak-balik membuat Channing Tatum melakoni adegan shirtless sukses membuat penonton-penonton hawa berisik dalam bioskop dan itu cukup mengganggu. Adegan shirtless dibeberapa tempat terasa tidak penting dan terlalu dipaksakan. Sementara untuk Rachel McAdams, bukan hanya cantik dan memesona di sepanjang film tapi juga sangat berhasil membangun karakter Paige dengan segala kisah hidupnya.

‘The Vow’ dimata saya adalah sebuah drama yang setidaknya memiliki keistimewaan dan menawan untuk beberapa scene. Namun ada sesuatu yang kurang yang saya rasakan dalam menyaksikannya. Entah itu chemistry yang rasanya masih bisa diciptakan dengan lebih baik atau mengenai point lain. Point-point yang sejujurnya tidak dan belum saya temukan untuk kemudian saya ungkapkan dengan kata-kata. Sumpah, saya belum mampu menemukannya.

Overall, The Vow tetap menjadi rekomendasi bagi penonton khususnya pencinta film drama romantis.

Review : The Grey (2012)

Cast : Liam Neeson, Frank Grillo, Dermot Mulroney, Dallas Roberts, Joe Anderson, Anne Openshaw, Ben Bray, Jacob Blair.
Director : Joe Carnahan
Genre : Adventure / Drama.
Running Time : 117 minutes.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Peluang sebuah film untuk sukses tidak lepas dari tema yang diangkat. Sejatinya, setiap tema dalam film telah memiliki tempat dihati penonton film. Bagaimana dengan tema manusia dan alam? Tidak jarang hollywood mengangkat tema sejenis seperti yang sebelumnya pernah terjadi pada film Into ‘The Wild’ dan juga ‘Cast Away’. Setelah bekerja sama dalam film ‘The A-Team’, Joe Carnahan kembali menggandeng Liam Neeson untuk memerankan tokoh yang sempat berada ditangan Bradley Cooper yang sama-sama terlibat dalam film aksi ‘The A-Team’.

Bercerita tentang Ottway (Liam Neeson), seorang pegawai di Alaska yang bekerja sebagai sniper untuk melindungi perusahaan minyak dari serangan serigala. Pesawat yang bertujuan ke Anchorage kemudian mengalami kecelakaan sehingga terjatuh di sebuah hutan di Alaska yang memaksa Ottway dan 6 orang lain yang selamat untuk bertahan hidup ditengah hutan yang dingin, dan buas. Mereka berjuang dengan jumlah yang berkurang satu persatu akibat terkaman serigala yang mematikan.


Film kelima yang disutradarai Joe Carnahan yang sering bertindak sebagai produser dan penulis naskah film, menyelesaikan film ini dengan sangat rapi. Walaupun petualangan bertahan hidup di alam yang buas bukan hal yang baru, Carnahan yang juga menulis skenario untuk film ini bersama Ian McKenzie Jeffers, mampu menggiring penonton untuk merasakan ketegangan luar biasa. Tidak hanya dalam adegan yang memang di set untuk tujuan memberikan ketegangan dalam menonton tapi juga unsur drama yang di titikberatkan kepada tokoh Ottway juga sangat kuat dan berhasil memainkan emosi saya sebagai penonton. Penggambaran karakter kelompok manusia yang mencoba bertahan hidup juga dilakukan cukup baik. Mulai dari yang berani, penakut dan munafik.

Liam Neeson yang memang saya kagumi di beberapa film terdahulunya, kembali mendulang sukses yang sama dalam memerankan tokoh sentral film ini. Lihat adegan Ottway yang memohon pertolongan Tuhan sambil menitikkan air mata. Sungguh sangat mengharukan.
The Grey adalah petualangan yang banyak memberikan pelajaran melalui dialog-dialog yang sangat cerdas. Digunakannya serigala asli dan adegan demi adegan yang bergulir dengan baik akan membuat penonton tegang, takut dan juga terharu. Film yang sangat sukses memainkan emosi penontontonnya. Setidaknya itu menurut saya.

Review : Ghost Rider "Spirit of Vengeance 3D" (2012)

Cast : Nicholas Cage, Fergus Riordan, Ciaran Hinds, Violante Placido, Idris Elba, Christopher Lambert, Johnny Whitworth.
Director : Mark Neveldine & Brian Taylor
Genre : Action / Thriller / Fantasy.
Running Time : 95 minutes.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Bukan rahasia lagi, prekuel yang menuai kesuksesan akan dibuat sekuelnya. Hal seperti ini tidak hanya terjadi dalam perfilman hollywood tapi juga telah merambah perfilman negeri kita. Ketika kesepakatan sebuah film dibuat sekuelnya, sejatinya ada banyak kekhawatiran pada yang kemudian memaksa sang pembuat film tersebut untuk mempertahankan kualitas dan misi untuk meraup keuntungan finansial lebih besar dari prekuelnya. Sempat menarik perhatian banyak orang pada tahun 2007 dan menuai sukses finansial,  tahun ini, Ghost Rider merilis sekuel dengan judul “Ghost Rider : Spirit of Vengeance” dan menambahkan format 3D dalam penayangannya.

Blaze Johnny (Nicholas Cage) terus berjuang dengan kutukan yang menjadikannya Ghost Rider, yang bersembunyi di daerah terpencil di Eropa Timur. Sebuah sekte gereja rahasia, meminta dia untuk menyelamatkan seorang anak laki-laki bernama Danny (Fergus Riordan) anak dari Violante Placido (Nadya) yang sempat berhubungan dengan Ray Carrigan (Johnny Whitworth). Awalnya Johnny tidak berniat menggunakan kekuatannya, tetapi ternyata itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Danny dan juga melepaskan dirinya dari kutukan menjadi Ghost Rider, untuk selama-lamanya.


Mengantuk dan hampir tertidur itulah yang saya rasakan selama 95 menit menyaksikan sekuel ini. Komposisi cerita yang tidak memiliki kespesialan sama sekali dan juga kualitas akting dari para castnya yang tidak memuaskan akan membawa saya kedalam kekecewaan yang begitu mendalam. Ditambah format 3D yang disuguhkan tidaklah berpengaruh banyak bahkan terasa sia-sia untuk film ini. Tidak mengherankan jika saya menyarankan untuk menonton film ini dalam versi 2D dimana tentu harga tiket yang di bandrol tentu tidak semahal tiket dengan embel-embel 3D.

Film ini juga gagal memberikan adegan aksi yang digemari banyak orang. Tidak ada alasan lain dari saya untuk menyaksikan film yang berganti sutradara ini kecuali alasan karena penasaran. Ini mungkin juga dialami banyak orang bahkan pada penonton awam sekalipun. Tidak dapat membayangkan bagaimana film ini kemudian dilanjutkan ke seri ketiga. Ghost Rider : Spirit of Vengeance 3D adalah sekuel yang gagal dan tidak lebih baik dari prekuelnya. Sebaiknya disaksikan dalam bentuk DVD saja.

Review : Republik Twitter (2012)


Cast : Laura Basuki, Abimana Aryasatya, Enzy Storia, Ben Kasyafani, Edi Oglek, Tio Pakusadewo, Jennifer Arnelita, Nina Tamam, Gary Iskak, Otig Pakis, Leroy Osmani.
Director : Kuntz Agus
Genre : Drama
Release Date : February 16, 2012
Running Time : 90 minutes.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Selain berpengaruh bagi banyak orang, jejaring sosial memang telah mendunia. Tidak sedikit dari orang-orang memiliki account-account untuk beberapa jejaring sosial. Alasannya bermacam-macam. Ada yang menggunakannya untuk berhubungan dengan banyak orang dalam urusan pertemanan, urusan bisnis, bahkan tidak jarang digunakan untuk hal-hal yang negatif. Tahun 2010, beberapa dari sineas negeri kita telah menelurkan film tentang jejaring sosial facebook. Adalah Awi Suryadi dengan film ‘I Know What You Did On Facebook’ dan film horror ‘Setan Facebook’ yang dibesut Helfi CH Kardit. Facebook yang fenomenal, kemudian disusul jejaring sosial Twitter yang saat ini tengah digandrungi dan dipercaya menjadi cerminan diri seseorang.

Sukmo (Abimana Aryasatya) dengan bantuan temannya, Andre (Ben Kasyafani) datang ke Jakarta berniat menemui Hanum (Laura Basuki) gadis yang ia kenal lewat twitter. Ternyata, menemui Hanum bukan hal yang mudah. Adanya Gery (Gary Iskak) pria sukses yang mendekati Hanum membuat Sukmo mengurungkan niatnya. Sukmo lalu bekerja pada Belo (Edi Oglek) disuatu warnet yang menerima jasa, pembuatan dan pencitraan lewat jejaring sosial twitter. Hubungannya dengan Hanum merenggang. Sampai pada suatu waktu ia membantu Hanum yang berniat resign dari kantornya karena asa dengan memberi tahu pekerjaannya yang berhubungan dengan kampanya politik lewat twitter. Tindakan Sukmo kemudian mengundang amarah Kemal (Tio Pakusadewo) seorang pebisnis yang sering menciptakan pencitraan lewat twitter.


Kinerja yang dilakukan Kuntz Agus dibantu dengan skenario E.S Ito, terbilang berhasil dengan suksesnya mereka menampilkan realitas kehidupan mulai dari remaja ababil, twitter addict, sampai tokoh masyarakat. Jangan lupakan Aline Jusria, editor film favorit saya setelah ‘Minggu Pagi Di Victoria Park’ dan ‘Catatan Harian Si Boy’ yang dua-duanya di anugerahi piala citra untuk 2 tahun berturut-turut.

Berbicara dari jajaran pemainnya, Laura Basuki bermain manis disini. Perannya sebagai seorang wartawan investigasi junior yang berhasil ia perankan dengan cukup baik. Sayangnya, formula seperti ini rasanya sudah pernah ditemui dalam film ‘3 Hati 2 Dunia 1 Cinta’ yang juga menceritakan seorang gadis dengan hidup serba berkecukupan yang memiliki keinginan yang berbeda dengan orang tuanya. Oleh karena itu, Laura tidak akan mengalami kesulitan dalam pendalaman karakter yang nyaris mirip dengan karakter di film yang telah memberinya piala citra. Disamping itu, Republik Twitter seolah menjadi film pembuktian kualitas seorang Abimana Aryasatya yang tahun lalu cukup memukau lewat ‘Catatan Harian Si Boy’. Yang paling juara dalam film ini adalah aktor teater, Edi Oglek. Belo ditangannya menjadi begitu menarik.

Overall, Republik Twitter adalah film yang dikemas rapi dan mengajarkan banyak hal. Sesuai dengan penyataan sang sutradara, twitter menjadi salah satu mediasi dimana orang-orang bertemu, tumbuh, membesar, hancur dan hilang.

Review : This Means War (2012)

Cast : Reese Witherspoon, Chris Pine, Tom Hardy, Chelsea Handler, Til Schweiger.
Director : McG
Genre : Action / Comedy / Romance.
Running Time : 98 minutes.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Siapa yang tidak suka dengan film komedi romantis yang dibalut dengan action? Rasanya, jumlahnya sedikit. Lalu, siapa yang tidak kenal dengan McG, sutradara yang telah melahirkan ‘Charlies Angels’, film komedi aksi yang begitu fenomenal? Tentunya juga sedikit.
Film yang sempat memasang Sam Worthington dan Bradley Cooper sebagai bintang utama, bercerita tentang dua agen CIA yang berteman baik, FDR (Chris Pine) dan Tuck (Tom Hardy) berkencan dengan wanita yang sama, Lauren Scott (Reese Witherspoon). Berniat untuk mendapatkan kekasih, mereka malah terlibat perang untuk memperebutkan Lauren. Usaha-usah pun dilakukan, mulai dari mencari tahu jati diri Lauren sampai melakukan penyusupan dirumah Lauren dengan menggunakan kamera rahasia. Sampai pada akhirnya, Lauren memilih salah satu dari FDR dan Tuck dan kemudian menyadarkan mereka tidak dapat membohongi perasaan satu sama lain, bahwa mereka bersahabat.


Tidak bisa saya pungkiri, ketiga bintang utama film ini begitu mempesona. Reese Witherspoon, Chris Pine, dan juga Tom Hardy tampil sebagai tokoh cinta segitiga yang apik. Mereka berhasil menghidupkan karakter dan membuat penonton tertawa menyaksikan aksi mereka bertiga. Kelucuan juga berhasil disuguhkan Chelsea Handler yang memainkan karakter Trish.

Menyaksikan ‘This Mean War’ yang menghibur seakan menimbulkan perasaan dejavu. Plot yang ditawarkan film berjudul awal ‘Spy Vs Spy’ ini sudah sangat sering ditemui dalam film bergenre sejenis. Permainan yang apik ketiga bintang utama rasanya sudah menjadi keharusan, dikarenakan totalitas berakting demikian memang dibutuhkan untuk film kelima yang disutradarai McG, yang juga dikenal sebagai produser dan sutradara untuk film televisi.
Singkat cerita, ‘This Means War; adalah film yang begitu direkomendasikan untuk anda yang tengah stress atau lelah dengan pekerjaan, mungkin. Namun film ini bagaikan popcorn, yang begitu renyah untuk dinikmati tapi tidak dapat mengeyangkan konsumennya. That’s  it.

Review : Underworld "Awakening" (2012)

Cast : Kate Beckinsale, Michael Ealy, India Eisley
Director : Måns Mårlind dan Björn Stein
Running Time : 88 minutes.

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Peperangan antara kaum vampir dengan ‘lycan’ di dunia Underworld masih terus berlanjut. Jika mengingat apa yang terjadi pada Underworld : Evolution (2006), maka dapat dimaklumi mengapa akhir ceritanya sedikit open-ending.Butuh selisih 3 tahun lamanya untuk kembali menyaksikan ‘Underwold’ yang telah memasuki seri keempat. Kursi sutradara yang pada seri sebelumnya dipegang Patrick Tatopoulos berhasil menghadirkan seri terbaik ‘Underworld’, beralih ke duet MĂĄns MĂĄrlind dan Björn Stein, sutradara yang telah membesut film bergenre action thriller, ‘Shelter’ dan ‘Strom’ di tahun 2005.

12 tahun Selene (Kate Beckinsale) tidak sadar apa yang sebenarnya telah terjadi. Ia dalam tahanan. Saat terbangun, Selene sadar kalau semuanya sudah berubah. Keberadaan mereka telah diketahui manusia dan kini dua ras abadi ini harus jadi buruan. Setelah mengetahui keberadaan vampir dan lycan, pemerintah melakukan penelitian demi mencari rahasia kekuatan mereka. Manusia tidak ingin vampir atau lycan yang tersisa di muka bumi, satupun. Perang besar pun dimulai dan kini dua ras superior itu harus hidup dalam ketakutan. Kekuatan vampir dan lycan jauh melebihi manusia. Tetapi, ada makhluk lain yang jauh lebih berbahaya dari manusia. Eve (India Eisley), makhluk dan juga vampir serta lycan ternyata juga lepas pada saat Selene meloloskan diri. Tak ada lagi yang aman, setelah eve berkeliaran.


Tidak ada perkembangan cerita yang berarti dalam seri keempat ini. Dalam hal ini, ‘Underwold : Awakening’ tetap membawa perang antara vampir dan manusia serigala menjadi latar depan dari bawah tanah dengan manusia , baik musuh dan sekutu mereka. Penulis skenario terasa fokus pada ‘kebangkitan’ yang nampaknya akan menemui kejelasan pada seri kelima ditahun 2015.

Kate Beckinsale yang baru saja tampil bersama Mark Wahlberg dalam film action ‘Contraband’ sepanjang film nampak begitu seksi dengan kostum femme fatale, masih mampu bermain baik di tengah premis yang terbilang begitu basi. Formula penampilannya terasa begitu persis ketika ia membintangi ‘Whiteout’.

Dirilis di awal tahun, bagi sebagian orang dan khususnya penggemar saga ini  ’Underworld : Awakening’ mungkin adalah sebuah tontonan alternatif yang ringan, dan menghibur, tapi bagi saya performa film ini jelas setingkat dibawah seri sebelumnya, ‘Underworld : Rise of The Lycans’. ‘Underworld : Awakening’, film yang seolah-olah menjadi obat bius yang memukau penonton di beberapa scene termasuk adegan lift dan berbagai koreografi yang ciamik namun sesungguhnya telah tampil sebagai sekuel yang teramat biasa dan mudah lepas dari ingatan.

Review : Malaikat Tanpa Sayap (2012)

Starvision Plus.
Cast : Adipati Dolken, Maudy Ayunda, Surya Saputra, Ikang Fawzi, Geccha Qheagaveta, Kinaryosih.
Director : Rako Prijanto
Running Time : 105 minutes.
Release Date : February 9, 2012

Rate Description : O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good / 5 : Recomended!!

Kalau boleh jujur, ekspektasi saya sebelum menyaksikan film ini tidaklah besar. Kenapa? Filmnya dibesut oleh sutradara yang terus mengalami penyusutan kualitas dalam beberapa filmnya belakangan. Pemeran utamanya yang memasang aktor aktris baru yang notabene belum terdengar prestasinya. Dan yang terakhir adalah, film ini dirilis berdekatan dengan hari kasih sayang. Muncul keraguan. Apakah film ini hanya mengejar momentum valentine? Akankah hasilnya memuaskan?

Vino (Adipati Dolken) sebelumnya tidak terlalu dekat dengan keluarganya, apalagi papanya, Amir (Surya Saputra) yang bangkrut dan rumahnya disita. Namun semuanya berubah ketika mamanya, Mirna (Kinaryosih) memilih pergi meninggalkan rumah dan keadaan yang sudah jauh berbeda dari dulu. Wina (Geccha Qheagaveta) anak bungsu yang masih kecilpun ia tinggalkan. Sampai pada suatu hari, Wina terjatuh dari kamar mandi dan harus menjalani operasi yang jika tidak dilakukan maka Wina akan diamputasi kakinya. Ekonomi yang sulit membuat Vino berubah menjadi anak yang begitu memikirkan nasib keluarganya. Saat itulah Calo (Agus Kuncoro) yang sedang mencari pendonor jantung menawarkan Vino untuk mendonorkan jantungnya kepada Mura (Maudy Ayunda). Mura yang telah mengisi hari-hari Vino tidak mengetahui siapa calon pendonor jantung untuknya. Vino yang bersedia menjadi pendonor, mulai memperbaiki keluarganya dengan uang yang ia dapatkan. Namun ia justru terjebak. Karena di saat yang bersamaan, ia telah jatuh cinta kepada Mura.


Maudy Ayunda yang sebelumnya telah tampil dalam empat film, bermain amat cemerlang di film kelimanya ini mengulang debut suksesnya di film Untuk Rena. Terlepas dari karakter yang memang sangat pas ia mainkan, ia terkesan mengalami peningkatan. Sama halnya dengan Adipati yang saya rasa memberikan penampilan yang jauh lebih baik dari film-film yang ia bintangi sebelumnya. Keduanya berhasil membangun chemistry yang tidak berlebihan namun terasa sangat pas.

Film ini tidak hanya soal Maudy dan Adipati yang bermain rapi. Tapi ada Surya Saputra yang begitu memukau. Entah karena sebelumnya telah teruji dalam ‘Ayah, Mengapa Aku Berbeda?’, Surya begitu luwes memerankan sosok bapak dalam film ini. Begitupun Agus Kuncoro yang selalu menarik dalam predikat supporting actor. Lupakan Ikang Fawzi yang kurang mampu menjaga keutuhan film.

Malaikat Tanpa Sayap hadir sebagai satu drama keluarga yang dikemas cukup baik oleh sutradara yang tahun lalu gagal besar dalam komedi ‘Perempuan-Perempuan Liar’. Meskipun terasa masih meraba-raba di beberapa scene, dan tata artistik yang belum sempurna, terlihat jelas Rako Prijanto tidak berusaha menyuguhkan sebuah drama menye-menye yang belakangan banyak beredar, namun ia telah memberikan sebuah karya yang memiliki kualitas. Rako harus lebih pandai dalam memilah-milah mana yang akan atau tidak ia produksi sama sekali. Mungkin, dengan cara seperti itu, ia dapat memperbaiki citranya. Setidaknya jika ia mau.

Review : Contraband (2012)

Universal Pictures
Cast : Mark Wahlberg, Kate Beckinsale, Caleb Landry Jones, Ben Foster, Giovanni Risibi, Lukas Haas, J.K Simmons, Diego Luna, Robert Wahlberg.
Director : Baltasar Kormakur.
Running Time : 110 minutes.

Rate Description :
O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good -/ 5 : Recomended!!

Mark Wahlberg. Aktor yang seingat saya mengalami up and down di beberapa filmnya. The Departed, film yang memberinya banyak nominasi dan memenangkan beberapa penghargaan untuk kategori aktor pendukung, sementara film terbaik lainnya adalah The Fighter (2010) yang juga dinominasikan sebagai film terbaik di Academy Award 2010. Keberhasilan yang sangat kontras dengan down-nya dia dalam The Happening (2008) dan semakin gagal dalam Max Payne di tahun yang sama. Setelah absen ditahun 2011, ia kembali dengan Contraband diawal tahun 2012.

Chris Farraday (Mark Wahlberg) yang dulunya adalah seorang yang kriminal, telah lama meninggalkan aktivitasnya tersebut. Namun setelah adik istrinya, Andy (Caleb Landry Jones) menggagalkan kesepakatan jual beli obat terlarang dengan bos yang kejam, Tim Briggs (Giovanni Ribisi), Chris dengan terpaksa kembali melakukan keahliannya, penyelundupan, semata-mata untuk menolong Andy yang terjerat hutang yang besar. Chris kemudian mengumpulkan kru dan atas bantuan sahabatnya, Sebastian (Ben Foster), ia menuju Panama untuk mengambil dollar palsu yang ia pesan. Dalam waktu yang tidak banyak, Chris harus menggunakan segala keterampilannya agar istrinya, Kate (Kate Beckinsale) dan anak-anaknya yang menjadi terget, dapat ia selamatkan.


Masih perihal Wahlberg, karakter Farraday yang diperankannya bukalah suatu makanan baru bagi dirinya, sehingga membuat ia terkesan biasa-biasa saja namun sebenarnya berada dilevel yang aman. Hal yang sama juga terjadi pada Kate Beckinsale (yang memerankan karakter sesuai namanya sendiri), terlepas dari penampilannya yang tidak terlalu dominan, ia menyuguhkan akting yang pas, tidak berlebihan dan sangat aman.

Formula yang digunakan sudah sangat sering diangkat dalam film bergenre sejenis, termasuk yang paling baru adalah Seeking Justice (Nicholas Cage). Seorang pria yang terjebak dalam suatu masalah dan melakukan apapun demi menyelamatkan orang yang dicintainya, tentunya bukanlah hal yang baru. Namun kabar baiknya adalah, Contraband berhasil menuntaskan tugasnya dengan sangat baik. Plot cerita yang pasaran mampu dikemas dalam sajian yang apik dan jauh dari kesan membosankan. Point inilah yang akan membuat penonton akan terus setia mengikuti dari awal sampai filmnya berakhir. Baltasar Kormakur melahirkan sebuah film action-drama yang cukup memikat.

Review : The Iron Lady (2011)

The Weinstein Company
Cast : Meryl Streep, Jim Broadbent, Richard E. Grant.
Director : Phyllida Lloyd
Running Time : 105 minutes.

Rate Description :
O : Rubbish / 1 : Dissapointing / 2 : Ordinary / 3 : Good / 4 : Very Good -/ 5 : Recomended!!

Film dengan artis berbakat, Meryl Streep? Mungkin menjadi film yang menarik untuk disimak melihat prestasinya yang telah meraih puluhan nominasi di berbagai festival sekelas Oscar, Golden Globe dan festival film lain. Film biopik mantan perdana menteri Inggris, Margaret Thatcher?  Tentunya akan menjadi salah satu dari daftar film wajib tonton bagi penonton setia film-film hollywood.

The Iron Lady bercerita tentang Margaret Thatcher, seorang wanita yang tegas melalui semua hambatan atas perbedaan gender untuk terjun kedalam dunia yang didominasi laki-laki. Berbekal tekad dan keyakinan diri yang besar, ia menekuni dunia politik dan akhirnya menjadi perdana menteri Inggris selama tiga periode. Ia kemudian menjadi wanita yang disegani baik didalam maupun diluar negerinya. Selama masa kepemimpinannya, ia dihadapkan pada berbagai masalah termasuk perebutan Kepulauan Falkland tahun 1982.


Di beberapa bagian The Iron Lady belum mampu untuk disebut berhasil.  Adegan-adegandemonstrasi dan peledakan bom yang asli ditambal dengan adegan karya Phyllida Lloyd terkesan kasar dan masih jauh dari kesempurnaan.  Namun sungguh, penampilan Meryl Streep  sebagai tokoh sentral dalam film biopik ini mampu menutup semua kekurangan-kekurangan tersebut. Dari segi fisik, Streep tidak mengalami kesulitan. Predikat aktris terbaik untuk seri drama dalam penghelatan Golden Globe berhasil beliau raih. Tidak mengherankan rasanya jika dalam Academy Award 2012 februari nanti, piala oscar aktris terbaik akan kembali jatuh ketangan aktris 62 tahun ini.

Penampilan gemilang Meryl Streep tentunya tidak akan dapat terwujud tanpa hasil kerja tim make-up dan costume design yang mumpuni. Meryl Streep terlihat begitu meyakinkan memerankan Margaret Thatcher apalagi di masa tua. Pujian lain patut dialamatkan kepada Jim Broadbent yang bertindak sebagai supporting actor dalam film ini.


Secara keseluruhan, film ini menyuguhkan potret kehidupan sang mantan perdana menteri dengan cukup baik. Dalam durasi kurang lebih 105 menit, Phyllida Lloyd memulai filmnya dengan Thatcher pada saat remaja, masa-masa perjuangan Thatcher, sampai Thatcher menjadi perdana menteri wanita pertama yang dijuluki wanita besi karena ketegasannya. The Iron Lady, film yang memang difokuskan untuk menikmati biopik Margaret Thatcher tanpa perlu berrharap lebih akan kesempurnaan filmnya secara utuh.