Selasa, 31 Mei 2011

Pirate Brothers

Directed : Asun Mawardi
Cast : Robin Shou, Imd Verdy Bhawanta, Mario Fernando De Silva, Yayuk Aw Unru, Andre Lincoln Suleiman,  Karina Nadila
Release Date : 26 May 2011

  RATE (1-5) : 2 Bintang


Sangat disayangkan apabila sebuah film yang berpotensi untuk sukses secara kualitas sekaligus menghibur kemudian harus melepas sandangan tersebut karena beberapa aspek. Menurut gue ni ya, ada tiga macam perbedaan yang mendasar terhadap sebuah film. Pertama, lahir sebuah film yang berkualitas namun terasa berat untuk disukai penonton. Kedua, film yang hanya berdiri sebagai film yang menghibur bagi penontonnya namun dari segi kualitas masih atau bahkan dikatakan tidak berhasil. Ketiga, film tersebut dari segi hiburan maupun kualitas berhasil dengn baik dipadukan sehingga film tersebut bisa diminati penonton atau di serbu penonton. Perbedaan inilah yang sangat sering terjadi di banyak film-film yang telah atau belakangan beredar. Ketika sebuah film berkualitas dirilis, kebanyakan dari film berkualitas tersebut sulit untuk meraup jumlah penonton yang banyak. Sebaliknya film yang kurang atau tidak kualitas namun sukses di tonton banyak orang. Hasil terbaik adalah film tersebut adalah film yang berkualitas dan sarat akan hiburan. Tentu tidak sayang rasanya apabila film tersebut laris karena dapat mendorong produser dan sineas-sineas lain untuk memproduksi film sejenis. Hal ini yang terbukti terjadi terhadap film dari Asun Mawardi yang terus terang gue cek di google ga nemu-nemu biografinya. Katanya dia sutradara film dokumenter '1 Tahun Tsunami Aceh'. 




Pirate Brothers berkisah tentang dendam anak miskin, yatim piatu, yang bernama Sunny (kecil). Kakak angkatnya dibunuh geng tatto. Sunny kemudian tinggal di panti asuhan dan kemudian bertemu Verdy (kecil) dan bersahabat layaknya saudara. Sampai suatu saat Verdy diadopsi dan dijadikan pewaris harta orang kaya. Sunny dan Verdy berpisah. Scene kemudian loncat ke 20 tahun dimana Sunny (Robin Shou) bergabung dengan kelompok bajak laut, dan Verdy (Imd Verdy Bhawanta) menjadi pengusaha kaya raya yangmewarisi harta orangtuanya memiliki tunangan bernama Melanie (Karina Nadila). Tragedi mulai memanas ketika Verdy mengirimkan barang rahasia yang menjadi incaran kelompok bajak laut. Melanie disandera kelompok bajak laut termasuk Sunny. Disana Verdy dan Sunny kembali bertemu. Sunny yang tau saudara kecilnya dalam masalah berusaha membantu Verdy.

Film ini sebenernya bisa dikatakan film kategori ketiga yang tadi gue bilang. Film ini bisa jadi jenis film yang punya kualitas dan menghibur dengan adegan laga bak film-film hollywood. Jelas sudah bukan rahasia, film berbau laga kayak gini banyak disukai penonton.  Tapi ternyata sulit buat gue mengkategorikan film ini sebagai perpaduan antara kualitas dan hiburan. Terus terang pas film diputer sampai menit ke 55 gue ngerasa film ini gak ada apa-apanya. Akting pelakon cilik-nya parah, dialognya payah, sinematogfari suram dan ga memanjakan mata bahkan gue ngerasa lagi nonton sinetron tahun 90-an. Sampai di menit tersebut gue ngerasa film ini kayaknya diproduksi secara terburu-buru akhirnya hasilnya mengecewakan.



Adegan laga-nya kemudian dominan setelah film berjalan lebih dari satu jam. Yang paling mengganggu aspek lain yang menurut gue udah lumayan bagus adalah musik sepanjang filmya yang gue denger kayak terinspirasi dari anak-anak, power rangers. Gue juga bingung kenapa gue jadi se-kritis ini dalam menonton film tapi yang gue denger emang musiknya ganggu banget. Kasian efek tembakan, dan aksi laganya yang udah bagus. Kayak makan sepotong donat yang isinya udah enak tapi penampilan luarnya yang tidak menarik untuk dimakan. Itu  penggambaran gue tentang musik yang "ga banget" sepanjang film ini ditonton. Bicara soal aking pemeran dewasanya gue fine aja termasuk Robin Shou, aktor luar yang bisa kita liat bersama-sama menggunakan satu khas negara kita, batik. I think, it's a exciting scene!



Overall aspek "penghambat" yang gue maksudkan di paragraf pertama review ini adalah scene menit pertama sampe menit ke-55 yang memperlihatkan betapa lemahnya pemain dan sinemtografinya plus musik sepanjang film yang sangat mengganggu. Harusnya scene 1/55 tesebut bisa diperbaiki agar hasilnya bisa lebih maksimal. So, gue bingung mau nempatin film ini dikategori film yang hanya menghibur namun tanpa adanya kualitas, atau di kategori film menghibur namun tetap berkualitas. Kembali ke penonton masing-masing, mau menempatkan film ini di kategori yang mana :)

Sabtu, 28 Mei 2011

Pupus

Directed : Rizal Mantovani
Cast : Donita, Marcell Chandrawinata, Kaditha Ayu, Arthur Brotolaras, Ichsan Akbar, Vicky Monica
Release Date : 26 May 2011

RATE (1-5): Tidak masuk kategori bintang

Sebuah drama yang gagal dan dangkal dari Rizal Mantovani.  Jikalau mengharapkan dapat menikmati drama yang manis, maka pupus bukanlah pilihan yang tepat. Pupus membuat sang sutradara semakin terpuruk di tahun 2011 yang berawal dari Jenglot Pantai Selatan(2011), Cewek Gokil (2011), sampai di film ini. Entah apa yang terjadi dengan Rizal Mantovani yang semakin kesini karya-karyanya semakin “ngaco” dan bisa dibilang “ga penting”.

Film Pupus bercerita tentang Cindy (Donita) yang memiliki keinginan untuk kuliah di Jakarta. Sampai akhirnya Cindy jatuh cinta sama seniornya, Panji (Marcell Chandrawinata) yang selalu membuat Cindy penasaran dan selalu memupuskan setiap harapan-harapan Cindy. Panji seolah mematikan perasaan-perasaan Cindy. Sampai akhirnya Cindy tau kabar dari sahabat Panji kalo Panji terkena penyakit Kanker stadium 4. Alasan ini yang membuat Panji meninggalkan Cindy.



Tidak berlebihan rasanya kalo gue bilang film ini ga layak ditayangin di bioskop. Masih banyak banget FTV yang kualitasnya jauh lebih baik dari film ini baik dari segi gambar, sampe ceritanya. Seharusnya dengan skenario yang biasa, Alim Sudio bertugas keras membangun cerita demi cerita agar ga jadi “basi dan membosankan” seperti ini. Sumpah!
Sebagian besar penonton hanya akan terseok-seok mengikuti alur demi alur yang ga jelas, ribet dan jatuhnya malah membosankan. Lebih parah alur khas FTV remaja yang putus cinta dan ga mau makan, serta plinplan menentukan pilihan.

Yang gue liat, ga ada usaha dari sutradara apalagi penulis skenarionya untuk membuat film ini menjadi film yang layak tayang dibioskop. Scoringnya ga ada bedanya sama yang ada di FTV-FTV yang diputernya siang bolong atau tengah malem. Dan gue sama sekali ga ngerasa lagi nonton di bioskop. Entah sebobrok apa film ini. Filmnya berjalan “sempoyongan” dan ga berhasil ngasih apa-apa ke gue. Nama karakternya pun gue mesti cek ulang di sinopsis 21cineplex.com pas bikin review ini saking “ga berasa”-nya film ini. Boro-boro mau nikmatin film ini, masuk diakal dulu aja enggak sama sekali.  Skenario adalah hal paling menyakitkan untuk film ini ditayangkan dengan poster yang begitu cantiknya. Dan itu yang membuat gue memprediksikan film ini akan meraup penonton-penonton yang memilih film ini karena melihat keindahan posternya.


Di catetan gue, banyak banget “tanda tanya” yang membuktikan film “ngaco” ini ga masuk diakal gue sebagai penulis review ini. Pertanyaan terbesar gue dan gue yakin jadi pertanyaan terbesar juga buat penonton lain adalah, Kenapa butuh waktu yang bertahun-tahun lamanya untuk bisa menggambarkan cerita yang diangkat? Padahal durasinya aja seuprit, sok-sok-an banget sampe 5 taunan. Terlebih kepada kebetulan-kebetulan yang sama sekali “ga rasional” padahal yang gue tau, emang film kadang mengandung unsur “tidak masuk akal” tapi mitos ini berusaha keras di tambal sang sineas agar se-bisa mungkin membuat filmnya bisa diterima masyarakat luas dan tentunya bisa diterima akal sehat juga. Di film “Pupus” ini, itu semua ga ada. 


Perpaduan antara skenario dangkal dan sutradara lesu, jawabannya adalah film ini.
Filmnya hanya mengeksplor “kecantikan” Donita semata yang gue rasa juga tanggung tampil di film ini. Ga lebih. Marcell Chandrawinata??  No comment.
Inilah puncak terpuruknya sutradara yang entah mengapa terus menghasilkan film-film yang tanpa kehadiran film-film tersebutpun tidak mempengaruhi perfilman Indonesia, bahkan rasanya hanya membuat kualitas film indonesia semakin menurun dan akhirnya terjatuh. Padahal ia pernah berhasil dalam Kuldesak, Tusuk Jelangkung dan trilogi Kuntilanak yang sukses berat di pasaran.

Jumat, 20 Mei 2011

BATAS (Antara Keinginan dan Kenyataan)

Directed : Rudi Soedjarwo
Cast : Marcella Zalianty, Arifin Putra, Ardina Rasti, Piet Pagau, Jajang C Noer, Marcell Domits, Alifyandra
Release Date : 19 May 2011

RATE (1-5):  3,5 Bintang

Menonton film memiliki beberapa alasan. Menonton karena suka akan bintangnya, menonton karena penasaran akan filmnya, menonton karena mengharapkan sesuatu dalam film tersebut, dan seabrek alasan lain yang membuat calon penonton akhirnya menonton film tersebut. Dalam hal ini, gue menonton film karena penasaran dan berharap akan sesuatu dari film yang di produseri langsung oleh Marcella Zalianty (Peraih Piala Citra FFI 2005). Itu yang bikin gue semangat, rela panas-panasan menuju XXI, demi sebuah film sampe akhirnya jadi review di blog gue. Ga heran kalo cara pandang, dan ekspektasi gue terhadap calon film, kadang berlebihan. Puas ketika film sesuai ekspektasi, dan Kecewa jika tak sesuai harapan. Hmm.. Ribet emang gue!



Sejujurnya, melihat trailer dan jajaran pemain di film ini, gue sangat sangat berekspektasi tinggi. Tema yang jarang tersentuh sineas lain. Ardina Rasti yang dimata gue bermain flat di "Kain Kafan Perawan" dan "The Sexy City". Ga lebih baik dari "Virgin". Maybe karena peran yang didaulat buat dia akhirnya disetiap filmnya, Rasti tampil sangat membosankan bahkan buruk. Gue penasaran, jadi seperti apa dia di film ini.

Kalo ga salah, tahun ini, udah ada dua selebriti yang memproduseri 2 film secara langsung. Nadine Chandrawinata (The Mirror Never Lies) dan Batas (Marcella Zalianty). Melihat hasil dari kedua filmnya, gue seneng dibuatnya.



Film Batas bertutur tentang Jaleswari (Marcella Zalianty) yang mengajukan diri untuk mengambil tanggung jawab memperbaiki kinerja program bidang CSR bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan. Dengan menjanjikan waktu selama dua minggu ia berusaha menebak teka-teki ketidak jelasan itu. Dibantu Adeus (Marcell Domits) Jaleswari mengupayakan pendidikan disana. Ternyata keinginan kadang-kadang ga bias disatuin sama yang namanya kenyataan. Daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan yang punya pola kehidupannya sendiri. Titik pandang yang berbeda yang mereka miliki dalam memaknai arti garis perbatasan.

Pasca Laskar Pelangi (Belitong), Denias (Pulau Cendrawasih, Papua), Tanah Air Beta (Timor-Timor), The Mirror Never Lies (Wakatobi), dan beberapa film sejenis lainnya, gue berharap akan banyak lagi bermunculan film yang mengangkat satu-persatu daerah-daerah yang ada di negara kita, Indonesia!

Gue ga bakal ngomong panjang lebar soal beberapa scene yang tidak stabil (goyang) karena emang katanya ini ciri khas sang sutradara (Rudi soedjarwo). Bisa dilihat di film “Pocong 3” “Mengejar Mas-Mas” atau “40 Hari Bangkitnya Pocong” semua pengambilan gambarnya se-tipe.

Tema pendidikan mendominasi film ini. Varian seperti ini sudah sering diangkat dan yang paling baru disajikan oleh “Alangkah Lucunya Negeri Ini” dan ‘Tanah Air Beta”. Tapi di film ini cara bertutur tentang pendidikan, berbeda. Rudi Soedjarwo berhasil dengan lugas menjelaskan antara keinginan dan kenyataan. Di scene ini, gue cukup terperangah. Gilak! Nusuk abis!



Dari jajaran cast, Marcella tampil rapi pada porsinya. Puncak akting gemilangnya ada di scene bersimpuh darah dan mengerang ketakutan. Arifin Putra yang sebelumnya menggugah di “Rumah Dara” juga tampil pas denga kulit kecokelatannya. Dari pelakon senior Jajang C Noer dan Piet Pagau tidak mengecewakan. Begitupun sang bintang pendatang baru “Marcell Domits” serta aktor cilik (lagi) Alifyandra. Dan menurut gue yang paling menggebrak dari film ini adalah suguhan segar dari Ardina Rasti. Disini gue melihat tangisan Rasti ga lagi membosankan seperti ketika ia menangis di film The Sexy City. Tangisan menyayat hati, ekspresi dingin, sampe sosok tak berdaya berhasil di perankan dengan sangat baik. Gue rasa, ini salah satu masterpiece Rasti setelah Virgin yang melambungkan namanya. Dia bener bener tampil segger di film ini. Gue puass! *yeyeye*


Tapii.. (ada tapinya niih), dengan itu semua, bukan berarti film ini bakal diminati banyak penonton. Film perbatasan antara negara Indonesia dan Malaysia inipun bisa bener-bener di mengerti di menit-menit akhir. Klimaksnya pas “speech”-nya Jaleswari. Alhasil, film ini masih cukup berat untuk penonton yang bertandang ke bioskop mencari tontonan hiburan.


Dengan menu seperti ini, sudah bisa ditebak film ini hanya akan bertahan di minggu pertama sampai minggu kedua. Sulit rasanya untuk melangkah keminggu ketiga. Ada “Purple Love” dan “Akibat Pergaulan Bebas 2” yang masih menghadang. Ketakutan gue bahkan mungkin berlebihan karena prediksi gue untuk minggu kedua-pun sulit untuk film ini. Film ini gue tonton di theater paling bontot dengan isi ga lebih dari 20 penonton *hiksss.. come on watcher!

Terlepas dari kesulitan film ini untuk naik ke tangga box office,menurut gue “Batas” layak menjadi koleksi film indonesia. Menengok banyak film ‘kacang’ yang hanya merusak citra perfilman Indonesia yang beredar, “Batas” bisa dibilang salah satu film kebanggaan indonesia. Film yang mencerminkan Indonesia. Film yang wajib disebut Film Indonesia. Gue jamin itu *ditutup dengan agak ngotot*


Selasa, 17 Mei 2011

Purple Love

Directed : Guntur Soeharjanto
Release Date : 12 May 2011
Cast : Nirina Zubir, Pasha, Oncy, Kirana Larasati, Makki, Enda, Rowman, Henidar Amroe, Qory Sandioriva, Djenar Maesa Ayu, Unang, Imey Liem.

RATE (1-5) : 1 Bintang

Purple Love bisa jadi film istimewa untuk para “Cliquers” ataupun ABG yang suka dengan band Ungu. Menonton film ini dihari pertama rilis membutuhkan perjuangan buat gue. Gimana enggak, setelah panas-panasan menuju XXI, sampe harus hopeless nunggu rol film ini nyampe (niat banget) gue jujur kecewa dengan film ini. Formula seperti ini telah banyak di rilis diantaranya film The Tarix Jabrix (The Changcuters) , Seleb Kota Jogja (SKJ), Baik-Baik Sayang (Wali). Apalagi melihat nama Nirina Zubir didalamnya, gue cukup optimis sama film ini.



Film dibuka sang vokalis Pasha (Pasha Ungu) yang kemudian diputuskan oleh pacarnya, Lisa (Qory Sandioriva). Yang kemudian teman-temannya berusaha “menyembuhkan” Pasha dari patah hati yang begitu dalam dengan meminta bantuan seorang penderita penyakit kanker jantung Talita (Nirina Zubir) “Purple Heart”. Selama itu pula Talita berusaha membuat Pasha bisa kembali seperti dulu lagi. Membuang jauh kesakitannya dan membuka kehidupan yang baru. Setelah berhasil mengembalikan keceriaan Pasha, Talita mulai menjodohkan Pasha dengan Shelly (Kirana Larasati) yang akhirnya malah jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Oncy (Oncy Ungu). Date rancangan Talita yang gagal membuat Pasha meminta Talita menghentikan usaha Talita. Pasha kemudian jatuh hati dengan Talita sampai memutuskan berencana menikahi Talita. Permasalahan lalu muncul ketika Lisa tiba tiba kembali ke kehidupan Pasha.

Sampai menit ke 25 film ini seperti belum menemukan jati dirinya.

Adegan demi adegan ga tertata rapi, dan beberapa adegan menurut gue sok asik dan ga banget.  Mungkin karena skenario yang cukup basi dari Cassandra Massardi, film yang sebenernya bisa dibuat lebih baik ini akhirnya jadi film yang super tanggung. Guntur Soeharjanto seolah-olah kesulitan membangun scene “sweet” di film ini.

Sepanjang film gue Cuma denger lagu-lagu hits ungu di tambal dengan jeritan-jeritan ABG yang klepek-klepek liat idola mereka. Ini yang gue maksud tadi. Film ini bisa jadi film spesial buat mereka, tapi gue enggak. 



Menurut gue,film  ini ga lebih baik dari film Guntur Soeharjanto sebelumnya yang mungkin kagok harus mendirrect anak band.  Jadinya, banyak banget adegan adegan yang menurut gue ga dapet. Garing. Ga se-renyah Popcorn yang gue makan. 

Satu satunya yang cukup menghibur dan bisa bikin gue nyegir dari film ini ga lain perfom dari Kirana Larasati dan Oncy yang kalo gue lihat cukup berhasil memerankan tokoh masing-masing.

Chemistry antara Pasha dan Nirina,Pasha dan Qory, Flat. Bahkan menurut gue Pasha  ga bisa ngimbangin Nirina. Meskipun tidak tampil buruk dalam film ini, rasanya untuk ukuran Nirina Zubir, ini bukan sebuah prestasi. Jelas ini bukan penampilan terbaik Nirina. Padahal gue cukup kangen Nirina main film lagi. 

Walaupun begitu, gue memprediksi film ini bisa bertahan di bioskop tanah air 2-3 minggu kedepan. Melihat animo masyarakat akan band Ungu, gue yakin film ini bakal laris dipasaran. Diburu ABG sepulang sekolah dan ibu-ibu pecinta band Ungu terkhusus, Pasha. Hasil akhirnya, film ini ga sesuai dengan ekspektasi gue. That's it...

Akibat Pergaulan Bebas 2 (Skandal Video Porno)

Directed : Findo Purwono HW
Cast : Keith Foo, Leylarey Lesense, Lia Aulia, Rocky Jeff, Amink, Tasya Djerly
Release Date :  12 May 2011

RATE (1-5) : Ga masuk kategori bintang

Jujur,  gue cukup bingung mau nulis review ‘kayak gimana’ buat film ini. Kenapa yak? Apa karena sutradaranya Findo Purwono (Setan Budeg, Kutunggu Jandamu, Lihat Boleh Pegang Jangan, Hantu Tanah Kusir) yang seringnya merilis film-film komedi dan horror tanggung? 

Overall, menurut gue kemunculan film ini sama sekali ga ada bedanya dengan film-film sejenis yang terlebih dahulu dirilis. Baik Akibat Pergaulan Bebas 2 dan Akibar Pergaulan Bebas 1 garapan Nayato, keduanya masih ‘ketergantungan’ akan anle-angle film di pub. Tapi gue pikir, Findo lumayan ‘berani’ buat mengadaptasi kisah selebritas yang sempet booming banget jadi bahan gosip sore ibu-ibu sampe anak-anak Abege (baca:ABG) di lingkungan rumah gue.  Jelas, sangat mungkin penonton akan berbondong-bondong ke bioskop membeli tiket film ini.



Denis Yudhistira (Keith Foo), diceritakan adalah seorang bintang film terkenal yang lagi pacaran sama Rasty Maria, seorang penyanyi terkenal. Dipuncak kariernya video porno dengan pacarnya dan artis Tiara beredar luas. Denis nuduh Jimmy (Rocky Jeff) yang nyebarin videonya karena Jimmy satu-satunya yang iri sama dia karena dia sempet beberapakali terlibat masalah sama Jimmy. Situasi riweh kayak gini yang dialami Denis sampe-sampe untuk tau perkembangan kasusnya dari Mario (Amink). Sementara gadis bogor yang hamil karena dirtidurin Denis pun minta Denis tanggung jawab tapi sayangnya Denis malah melamar Rasty. Ceritanya berjalan flat smapai akhirnya Rasty bunuh diri dan Denis myerahin diri ke polisi.

Berkaca pada poster dan judul filmnya, sudah bukan barang tabu lagi, film di mulai dengan slide adegan sang bintang terkenal, Denis Yudhistira (Keith Foo) yang merekam adegan ‘panas’-nya dengan beberapa wanita. Film lalu bergerak menceritakan rutinitas sang bintang. Sampai pada dialog pertama Denis, disini gue nyadarin lemahnya akting Keith Foo (untuk peran dalam film ini).

Penggambaran dunia ke-artisan yang disuguhkan masih jauh dari kata cukup dan kesannya agak menggampangkan (atau gue yang kelewat berekspektasi lebih jadinya pengen sesuatu yang lebih detail? Haha, ini review gue kok!!) Whatever-lah..

Banyak banget hal di film ini yang cukup buat gue mikir. Ga bisa dan kayaknya kepanjangan kalo gue sebutin satu-satu, tapi yang paling bisa terbaca oleh penonton ada di scene Denis dan Tiara yang (katanya) menghindari kontak dengan media namun menggunakan mobil sport yang kayaknya sih ga pas untuk kendaraan kabur sang artis (gila, sampe se detail ini gue tulisnya? Ckckck)

 
Tugas Findo sebagai sutradara, untuk menyusun film ini agar bisa di nikmati penonton, dimata gue lumayan gagal. Alhasil di sepanjang nonton film ini, gue banyakan malah denger riuh penonton yang asik ngetawain adegan-adegan film ini (yang seharusnya penonton mencerna film ini, dan bisa terbawa dengan alur realitas selebriti yang menjadi ‘jualan’ utama film ini)

Soal keseluruhan cast, sebagian besar diantaranya layaknya cast comotan dan ini paling terlihat di peran ibu Dhini yang kalo boleh gue akui ga cocok sama sekali. Amink? Yah memang sudah jadi makanan sehari-harinya untuk peran seperti ini. Sisanya, nothing special.Padahal dibutuhkan ketelitian pemilihan cast yangtepat untuk sebuah film skandal artis seperti ini.
 
Satu pertanyaan yang paling penting yang berhasil gue tangkep. Dengan mengadaptasi skandal artis yang sangat tertata rapi dibenak penonton ini, Kenapa Findo ga secara gamblang memunculkan sosok vokalis band (Nazriel Irham)sesuai kisah aslinya? Opsi jawaban dari gue. Karena Findo maybe agak kesulitan jikalau harus me-visualisasikan sosok vokalis band yang didapuk sebagai pemeran utamanya. Maka dipilihlah pilihan termudah yaitu sosok bintang film.

So, film ini bukan film recomended dari gue walaupun skandal aslinya cukup membuat penasaran seperti apa kalo di angkat ke layar lebar. Kayaknya Findo masih harus bekerja lebih keras untuk lebih bisa ‘menghidupkan’ dan ‘me-visualisasikan’ skandal heboh artis ibukota. Formula ini jelas gagaldan cukup mengecewakan..

Rabu, 11 Mei 2011

The Mirror Never Lies (Laut Bercermin)

Director : Kamila Andini
Produser : Garin Nugroho & Nadine Chandrawinata
Cast :  Atiqah Hasiholan, Gita Lovalista, Reza Rahadian, Eko, Zainal, Halwiyah, Darsono 

RATE (1-5) : 4 Bintang

Kamila Andini, jujur gue baru denger nama sutradara ini. Usut punya usut ternyata kamila anak dari surtadara kawakan Garin Nugroho. 



Melihat nama Garin Nugroho dibelakangnya gue rada optimis sama film ini. Apalagi castnya sangat menjanjikan. Atiqah Hasiholan, Reza Rahadian bukan sembarang aktris. Akhirnya gue bisa nyimpulin beberapa hal dari film ini. Yang paling harus disadari adalah menbedakan apa “keinginan” penonton ketika berkunjung ke bioskop. Apakah mencari hiburan atau kualitas. Kalo mencari kualitas, menurut gue film ini berkualitas. Ada nama nama kru yang udah malang melintang “mengerjakan” film film berkualitas lainnya. Tapi kalo mencari hiburan, film ini bisa dibilang jauh dari bumbu hiburan. Meman ada beberapa scene yang bisa membuat kita tertawa, tapi selebihnya bakal melongo sambil nunggu kedatangan ayah Pakis (Gita) yang ga kunjung dateng. 

Mendengar beberapa komentar penonton lain dan beberapa teman dekat, saya agak pesimis film ini ga bisa bertahan lama. Bahkan beberapa dari mereka yang sebenarnya mengakui keindahan dan keluarbiasaan sinematorgrafi yang ditawarkan Ipung Rahmat Syaiful namun merasa film ini cukup membuat mereka ngantuk. Hmm.. Saya pribadi, ga. Maybe mereka masih agak sulit mencerna cara bertutur sang sutradara yang emang The Mirror Never Lies karya pertamanya. Inilah perbedaan penonton. Dimana penonton awam hanya akan bosan dengan film ini.
 
Pakis (Gita) melakukan ritual suku Bajo di mana mereka percaya dengan menggunakan cermin, Pakis berharap dan terus menanti melihat bayangan ayahnya. Ibunya, Tayung (Atiqah) setiap harinya memikirkan nasib keluarganya. Hal ini membuat ia memakai beda diseluruh wajahnya dalam sepanjang film dimana itu sebuah tradisi dari suku Bajo. Ia berusaha menutupi kesedihannya. Bersama sahabatnya, Lumo (Eko) Pakis tak hentinya menggantungkan harapan akan kembalinya ayahnya. Persoalan dan konfik Pakis dan ibunya semakin berangsur-angsur ketika Tudo (Reza) seorang peneliti Lumba-Lumba datang ke kehidupan mereka. Keempat tokoh inilah yang saling berinteraksi dalam kehidupan sehari hari dan mereka mempunyai penafsiran tersendiri akan laut di Wakatobi. Namun mereka akhirnya sepakat bahwa itulah yang membantu mereka menemukan jati diri yang sebenarnya.

Gue akhirnya menyimpulkan (lagi) film ini lebih menceritakan lewat simbol-simbol yang emang butuh keseriusan dalam mencernanya. Misal, si tokoh Tayung (Atiqah Hasiholan) yang setiap harinya make bedak hampir disepanjang film. Mungkin penggambarannya adalah tokoh Tayung diceritakan ga mau terlihat sedih, ataupun ga mau terlihat ekspresi lainnya pasca hilangnya suaminya. Pokoknya film ini penuh dengan simbol yang kalo kita “mau” delemin bakal bisa ngerti apa yang mau disampaikan sang sutradara.



Dari segi cast, gue ga salah. Sang bintang sabun, memukau di sepanjang film. Pesonanya sama skali ga berkurang meskipun dengan “topeng” sepanjang film.  Reza Rahadian yang juga sebagai pemanis film ini tampil sangat sangat rapi. Begitupun Gita (Pakis), Eko (Lumo), dan pendukumg lainnya, patut diacungi jempol.

Yang bikin gue ngiri sama film ini, adalah sinematografi yang bener bener berhasil nampilin keindahan wakatobi. Angle-anglenya bagus. Scene Pakis yang telentang di air biru nan jernih bener bener bikin mata gue silau. Indonesia patut berbangga akan keindahan ini!

Kayaknya sepanjang review yang gue bikin ini, gue banyakan ngomong soal hasil penyimpulan gue. Ini juga nih perbedaan bikin review film “biasa” dan film “berat” kayak gini. Gue sulit nemuin kekurangan film “simbol” ini.  Buat gue film ini pantes buat didalemin, meskipun kurang berpeluang memenuhi kursi kursi bioskop meski di hari libur.

Sabtu, 07 Mei 2011

Indonesian Movie Award 2011 (Prediction and Opinion)

Setelah kekecewaan yang besar atas Indonesian Movie Award 2010 dan Festival Film Indonesia 2010, taun ini Indonesian Movie Award digelar untuk yang kelima kalinya. Well, taun ini gue bener bener puas sama nominasi nominasi IMA yang menurut gue nominasi-nominasi terlayak yang pernah diumumin sama IMA dari awal perhelatannya digelar 2007 lalu, meskipun masih ada beberapa yang menurut gue biasa aja. Oia, Taun ini design Piala Layar Emas juga mengalami perubahan yang menurut gue lebih simple!

Perbedaan Piala Layar Emas : 2007 - 2010
                                     2011 (Ditangan Didi Petet)

Okeh, langsung aja pendapat dan prediksi gue disetiap nominasi Indonesian Movie Award 2011 :



Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik & Terfavorit

1 Lukman Sardi  (Sang Pencerah)
2 Reza Rahardian (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
3 Vino G Bastian (Satu Jam Saja)
4 Lukman Sardi (Darah Garuda)
5 Reza Rahardian (3 hati 2Dunia 1 Cinta)



*Lukman, Reza, Vino bener2 layak buat gue dikategori ini. Lukman yang pas banget meranin perannya di Sang Pencerah, Reza yang emang mainnya bagus di 3H2D1C sama di Alni, trus Vino yang cukup apik bermain di Satu Jam Saja.
**Prediksi gue : Terbaik (Lukman Sardhi-Sang Pencerah)
                         Terfavorit (Vino G Bastian-Satu Jam Saja)

Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik & Terfavorit

1 Titi Sjuman (Minggu Pagi di Victoria Park)
2 Wulan Guritno (Demi Dewi)
3 Jajang C Noer (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)
4 Laura Basuki (3 hati 2 Dunia 1 Cinta)
5 Alexandra Gottardo (Tanah Air Beta)




*Ini nominasi yang bikin gue puas abis setelah kecewa Alexandra Gottardo-Wulan Guritno ga masuk nominasi FFI 2010. Titi Sjumas pas meranin Sekar, sementara Laura Basuki bermain aman di 3H2D1C. Kalo Jajang C Noer ga bisa gue nilai soalnya belum nonton 7H7C7W.
**Prediksi : Terbaik : Alexandra Gottardo (Tanah Air Beta)
                   Terfavorit : Laura Basuki (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)

Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik

1 Jaja Mihardja (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
2 Rasyid Karim (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)
3 Tio Pakusadewo (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
4 Teuku Rifnu Wikana (Darah Garuda)
5 Doni Alamsyah (Minggu Pagi di Victoria Park)
Nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik

1 Happy Salma (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)
2 Ully Artha (Babak Belur)
3 Henidar Amroe (3 Hati 2 Dunia 1 Cinta)
4 Olga Lydia (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)
5 Imelda Soraya (Minggu Pagi di Victoria Park)

*Not Bad. Nominasinya untuk dua kategori ini masih dibatas jalur wajar. Cuma Ully Artha gue gak perhatiin tuh :P
**Prediksi : Pemeran Pendukung Pria Terbaik : Rasyid Karim (3Hati 2 Dunia 1 Cinta)
                   Pemeran Pendukung Wanita Terbaik : Happy Salma (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita) (Bertolak dari FFI dan kayaknya emang meyakinkan)

Nominasi Pendatang Baru Pria Terbaik & Terfavorit

1 Albert Halim (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)
2 Ihsan Taroreh (Sang Pencerah)
3 Rangga Djoned (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)

*Jujur gue ga bisa nentuin di kategori ini. Selain menurut gue nominasinya maksa (karena cuma 3 kandidat) gue kurang respect sama Ihsan Teroreh di Sang Pencerah dan buat Albert Halim & Rangga Djoned, gue blum nonton film 7Hati 7 Cinta 7 Wanita.

Nominasi Pendatang Baru Wanita Terbaik & Terfavorit

1 Tika Bravani (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
2 Kimmy Jayanti (I Know What You Did On Facebook)
3 Ella Hamid (Minggu Pagi di Victoria Park)
4 Intan Kiefli T (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)
5 Fitri Bagus (Minggu Pagi di Victoria Park)

*Fitri Bagus yang menurut gue paling biasa di nominasi ini. Kayak tenggelem sama kandidat lain.
**Prediksi : Terbaik : kalo ga Tika Bravani, Kimmy Jayanti, atau Ella Hammid. Intan Kiflie belum pernah nonton filmnya.hehe
                   Terfavorit : Kimmy Jayanti (I Know What You Did On Facebook)

Nominasi Pasangan Terbaik & Terfavorit

1 Happy salma & Rangga Djoned (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita)
2 Reza Rahardian & Laura Basuki (3 hati 2Dunia 1 Cinta)
3 Griffit Patricia & Yehuda Rumbindi (Tanah Air Beta)

*Untuk Happy Salma & Rangga Djoned gue ga bisa nilai arena belum pernah nonton filmnya. Hehe
**Prediksi : Terbaik : Reza Rahardian & Laura Basuki (3 H 2 D 1 C)
                   Terfavorit : Griffit & Yehuda bisa, tapi sama Reza & Laura 50:50 lah..

Nominasi Pemeran Anak-Anak Terbaik

1 Griffit Patricia (Tanah Air Beta)
2 Moh. Irfan Siagian (Alangkah Lucunya Negeri Ini)
3 Aldy Zulfikar (Darah Garuda)
4 Monica Sayangbati (Obama Anak Menteng)
5 Angga Putra (Alangkah Lucunya Negeri Ini)

*Ga banyak komen, mereka luar biasa! Cuma Aldy Zulfikar gue ga gitu perhatiin :D
**Prediksi : Griffit Patricia kalo engga Moh. IndraSiagian


Nominasi Soundtrack Tervaforit

1 Dalam Mirhab Cinta – Afgan, Bebi Romeo (Dalam Mirhab Cinta)
2 Cinta Takkan Salah - Gita Gutawa & Derbi Romero (Love In Perth)
3 Jangan Pergi - D’massiv, D’Massiv (Demi Dewi)
4 Tuhan Maha Cinta – Nidji, Nidji (Sang Pencerah)
5 Love Story - Melly goeslaw & Irwansyah, Melly Goeslaw  (Love Story)

**Prediksi : D''Massive dengan mudahnya melenggang membawa pulang piala Layar  Emas. Tapi masih bisa disalip Sama Nidji :)

Nominasi Film Favorit

1 3 hati 2 Dunia 1 Cinta, Benni Setiawan, Mizan Production
2 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, Robby Ertanto Soediskam, Anak Negeri Film
3 Sang Pencerah, Hanung Bramantyo, MVP Pictures
4 Minggu Pagi di Victoria Park, Lola Amaria, PT. lantip Binathoro Panuluh
5 Tanah Air Beta, Ari Sihasale, Alenia Pictures
6 Alangkah Lucunya Negeri Ini, Deddy Mizwar, Citra Sinema

**Prediksi : Kembali keselera masing masing yang voting. Cuma prediksi gue kayaknya Sang Pencerah


So, kayaknya emang ga ada abisnya kalo ngebahas ajang perfilman kita.
Tinggal nggu 10 Mei nanti, sapa yang berjaya membawa pulang piala Layar Emas :)

Rabu, 04 Mei 2011

Misteri Hantu Cellular

Director : Indra Tirtana
Genre : Horror (dewasa)
Cast : Gita Sinaga, Boy Hamzah, Udji Tongki, Umar Syarif, Reyna Venzka, Guruh Sukarno Putra, Permadi Sh
Product: D’ Lalang Pictures

RATE (1-5) :Ga masuk kategori bintang

Gue masih bingung. Kenapa yak seorang guruh soekarno putra mau main di film ini. Soalnya banyak banget nih alasan yang menurut gue ga seharusnya guruh soekarno putra main di film ini. Pertama dari genre udah ga banget. Kedua ide ceritanya yang menurut gue dangkal, ketebak, dan kesannya menggampangkan cerita. Ketiga efek animasi dalam film sama sekali ga bagus. Bukan ga bagus sih, lebih tepatnya ya ga banget deh.
Ga kebayang kalo sampe film ini ditonton sama “orang film” bisa jadi Cuma di ketawain. Ini nih titik yang paling lemah dalam film besutan indra tirtaguna. Gue seenggaknya ngelayangin satu pertanyaan. Kenapa sih mesti “maksa” buat nampilin film dari efek animasi? Ya gapapa sih kalo emang ceritanya udah gitu tapi hasilnya yang bersih dong. Penonton dipikirnya bakal takut kali ya, yang ada cuma ngakak (kayak gue). Pertukaran sosok hantu dan sang manusia pendendam (pembunuh) juga ga banget. (ini nih maksud gue yang menggampangkan cerita)

Beberapa “cacat” lainnya yang berhasil gue temuin :
  1. Sosok Alissa yang udah mati setaun yang lalu tapi baru dicari dalam waktu setaun (ga ke-basian non?)
  2. Adegan Viki-Cyntia yang bayingin aja, lari dari pagi sampe malem. (hebaatt yahh :D )
  3. Adegan lari di siang hari, begonya tetep aja megang senter. Ya kalo adegan larinya malem yah wajar, lah yang ini siang. (teori darimana?)
  4. Adegan Viki di Sungai. ( gue yakin pas kepalanya di bawah air sesungguhnya itu ngambilnya udah di kolam renang bukan di sungai. Lagian ada juga sungai yang airnya jernihh banget sementara jelas Viki lagi di daerah hutan, semak belukar, yang kayaknya ga mungkin ada sungai sejernih itu)
  5. Pisau atau apalah yang dipake “si pembunuh” dalam film ini. Kok kayak pisau/pedang mainan anak anak ya? (soalnya ade gue pernah punya tuh.. miripp bangett, hehe...)

    Udah lima yah cacat analisa gue?? Wah masih banyak kayaknya Cuma gue ga tega nulis semuanya (ga tega tangan gue kriting) hehe
    Dari segi cast pemeran Allisa/Canting, aktingnya lebay ah. Ga bagus, ga natural, berlebihan. Yah gimana yah ga pas aja.. smua cast buruk kecuali Gita Sinaga (Cynthia) yang paling nendang di film ini tampil pas sesuai perannya.
    Intinya ga ada yang bisa gue banggain dari film ini. Ceritanya dangkal, castnya ga memuaskan, efek animasi yang payah, detail yang kacau deh pokoknya.

    Udah. Cukup deh review gue buat film ini. Menurut gue nih yah, film ini biasa, bahkan terlalu biasa..